Seorang teman yang tengah giat mengkampanyekan anti global warming, pernah memberitahu bahwa aktivitas mengurangi efek rumah kaca bisa dimulai dari tindakan nan ringan seperti meminimalisir konsumsi tissue. Kita semua sangat familiar dengan Tissue, hampir tiap kali selesai bersantap atau ketika berkeringat kegerahan, maka Tissue menjadi pilihan sederhana untuk memecahkan masalah kita. Begitu entengnya kemelekatan kita terhadap benda tersebut berbanding lurus dengan ringannya tindakan kita ketika menggunakannya. Tanpa sempat berpikir darimana asalnya lembaran-lembaran Tissue dibuat, kita mengeksploitasinya demi kepentingan pribadi. Kata teman tersebut, produksi massif Tissue sama saja dengan makin tingginya ancaman terhadap penggundulan hutan. Hal ini kemudian berefek lebih jauh pada hiperakutnya pemanasan global akibat raibnya unsur primer (tanaman/pohon) yang menyerap karbondioksida. Meski tidak cukup mengerti alur logika ilmiahnya, saya tertampar dengan berbagai uraiannya. Bagaimana tidak ? saya adalah pemakai Tissue yang setia, tanpa benda kecil itu maka hari-hari takkan terasa nyaman dan tenang. Menyapih benda itu (totally) akan merubah beberapa pola tindakan yang bakal memunculkan ‘keresahan’ baru. Ketidaknyamanan akan segera menyeruak tatkala konsumsi dibatasi apalagi jika sampai harus dihilangkan sama sekali.
Deskripsi tersebut baru tentang pola konsumsi lembaran Tissue yang senantiasa harus puas masuk kasta terendah sebab pasti akan berubah menjadi sampah pasca dieksploitasi. Di sekitar kita masih banyak bukti berserakan yang memperlihatkan betapa konsumtifnya manusia, begitu tergantungnya pada benda-benda hasil produk modernisasi. Sebut saja AC, mobil/motor, listrik, kertas, plastik, dll. Kesemua produk tersebut sangat familiar dalam keseharian bahkan telah menjadi bagian dari diri kita serta diakui sebagai unsur yang menentukan kelancaran dalam mengarungi hidup. Konsumsi terhadap berbagai barang tersebut akan memperbesar kepekatan dan kuantitas gas-gas yang mengancam eksistensi ozon sebagai pelindung bumi dan pengontrol suhu udara. Jika dibayangkan, tampaknya upaya menyapih praktik konsumsi terhadapnya hanya membentur tembok wacana dan utopis untuk dipraksiskan. Bagaimanapun kemajuan ilmu pengetahuan membawa konsekuensi positif berupa terciptanya benda-benda yang menopang sebagian pekerjaan manusia. Tindakan menyapih praktik eksploitatif terhadap benda-benda itu akan berimplikasi pada pola hidup kita yang mengarah pada ketidakjelasan. Konsumsi terus menerus dan intensif tanpa antisipasi yang terkontrol akan membawa dampak mengerikan di masa mendatang, pelan tapi pasti. Mungkin bukan kita yang akan merasakan keterengah-engahan dalam menghadapi problem yang makin bertumpuk akibat efek rumah kaca, tetapi yang jelas anak cucu kitalah yang harus menanggung akibat yang telah kita lestarikan bersama.
1 komentar:
ehm... oke juga men... tetep SEMANGAT!!!, Becanda oke, SPAM NO!!!
Posting Komentar